14/02/19

Keep The Faith - 1

Diposting oleh CoratCoretIgar di 8:23 PM 0 komentar
- Ust. Hanan Attaki -
Masjid Al Lathiif, 17 Juni 2015


Tagline : "Ngapain pusing, serahkan saja semuanya pada Allah."

Allah SWT berfirman:

وَأَوْحَيْنَآ إِلٰىٓ أُمِّ مُوسٰىٓ أَنْ أَرْضِعِيهِ ۖ فَإِذَا خِفْتِ عَلَيْهِ فَأَلْقِيهِ فِى الْيَمِّ وَلَا تَخَافِى وَلَا تَحْزَنِىٓ ۖ إِنَّا رَآدُّوهُ إِلَيْكِ وَجَاعِلُوهُ مِنَ الْمُرْسَلِينَ
"Dan Kami ilhamkan kepada ibunya Musa, Susuilah dia (Musa), dan apabila engkau khawatir terhadapnya maka hanyutkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah engkau takut dan jangan (pula) bersedih hati, sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya salah seorang Rasul."

فَالْتَقَطَهُۥٓ ءَالُ فِرْعَوْنَ لِيَكُونَ لَهُمْ عَدُوًّا وَحَزَنًا ۗ إِنَّ فِرْعَوْنَ وَهٰمٰنَ وَجُنُودَهُمَا كَانُوا خٰطِئِينَ
"Maka dia dipungut oleh keluarga Fir'aun agar (kelak) dia menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka. Sungguh, Fir'aun dan Haman bersama bala tentaranya adalah orang-orang yang bersalah."

وَقَالَتِ امْرَأَتُ فِرْعَوْنَ قُرَّتُ عَيْنٍ لِّى وَلَكَ ۖ لَا تَقْتُلُوهُ عَسٰىٓ أَنْ يَنْفَعَنَآ أَوْ نَتَّخِذَهُۥ وَلَدًا وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ
"Dan istri Fir'aun berkata, (Dia) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan dia bermanfaat kepada kita atau kita ambil dia menjadi anak, sedang mereka tidak menyadari."

وَأَصْبَحَ فُؤَادُ أُمِّ مُوسٰى فٰرِغًا ۖ إِنْ كَادَتْ لَتُبْدِى بِهِۦ لَوْلَآ أَنْ رَّبَطْنَا عَلٰى قَلْبِهَا لِتَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ
"Dan hati ibu Musa menjadi kosong. Sungguh, hampir saja dia menyatakannya (rahasia tentang Musa), seandainya tidak Kami teguhkan hatinya, agar dia termasuk orang-orang yang beriman (kepada janji Allah)."

وَقَالَتْ لِأُخْتِهِۦ قُصِّيهِ ۖ فَبَصُرَتْ بِهِۦ عَنْ جُنُبٍ وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ
"Dan dia (ibunya Musa) berkata kepada saudara perempuan Musa, Ikutilah dia (Musa). Maka kelihatan olehnya (Musa) dari jauh, sedang mereka tidak menyadarinya,"

وَحَرَّمْنَا عَلَيْهِ الْمَرَاضِعَ مِنْ قَبْلُ فَقَالَتْ هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلٰىٓ أَهْلِ بَيْتٍ يَكْفُلُونَهُۥ لَكُمْ وَهُمْ لَهُۥ نٰصِحُونَ
"dan Kami cegah dia (Musa) menyusu kepada perempuan-perempuan yang mau menyusui(nya) sebelum itu; maka berkatalah dia (saudaranya Musa), Maukah aku tunjukkan kepadamu, keluarga yang akan memeliharanya untukmu dan mereka dapat berlaku baik padanya?"

فَرَدَدْنٰهُ إِلٰىٓ أُمِّهِۦ كَىْ تَقَرَّ عَيْنُهَا وَلَا تَحْزَنَ وَلِتَعْلَمَ أَنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ وَلٰكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ
"Maka Kami kembalikan dia (Musa) kepada ibunya, agar senang hatinya dan tidak bersedih hati, dan agar dia mengetahui bahwa janji Allah adalah benar, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahuinya."
(QS. Al-Qasas 28: Ayat 7-13)

Ini adalah salah satu kisah nyata yg direkam dalam Al Qur'an. Al Quran adalah nasehat, pelajaran yang benar, sehingga Al Quran tidak akan mengangkat 1 cerita kecuali itu pernah terjadi dan menjadi pelajaran untuk seluruh umat manusia.

Dalam ayat tersebut dijelaskan, bahwa Allah tidak akan pernah mengecewakan orang-orang yg percaya kepada Allah,  Allah tidak mungkin mengecewakan orang yang berserah diri kepada-Nya. Nabi shalallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Demi Allah, Allah itu malu jika melihat hamba-Nya mengangkat kedua tangan kemudian Allah tidak mengabulkan doanya itu. Allah malu. Mustahil Allah akan mengabaikan orang yang mengangkat kedua tangannya dan meminta kepada Allah."

Jadi kenapa harus pusing?
Laa tahzan, kata Nabi kepada Abu Bakar.
Laa tahzan, jangan sedih, jangan pusing, jangan stres, jangan berputus asa, jangan galau.

Allah SWT berfirman:
يَسْئَلُهُۥ مَنْ فِى السَّمٰوٰتِ وَالْأَرْضِ ۚ كُلَّ يَوْمٍ هُوَ فِى شَأْنٍ
"Apa yang di langit dan di bumi selalu meminta kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan."
(QS. Ar-Rahman 55: Ayat 29)

Jadi kenapa harus merasa sendiri? Merasa bingung? Merasa putus asa? Bukankah ada Allah subhanahu wa ta'ala? Dan Allah bukan hanya sekadar "ada", tetapi Allah siap menolong setiap hamba-Nya yang meminta tolong kepada Allah. Inilah yang akan melahirkan prasangka baik kepada Allah, dan akhirnya berbuah kepada tawakal 'alallah.

Kisah Hatim Al Ashom
Seorang tokoh zuhud dalam sejarah Islam. Hidup di tahun 200an Hijriyah. Dia punya banyak anak. Ingin pergi haji namun tidak tega jika harus meninggalkan anak-anak dan istrinya. Dia tidak punya nafkah, modal, yg ditinggalkan untuk keluarganya jika ia pergi haji. Setiap datang musim haji, ia bersedih karena tidak bisa pergi. Anugerah dari Allah, dia memiliki putri yang shalehah. Ketika bulan Dzulqa'dah, putri sulungnya ini bertanya, "Wahai ayah, kenapa engkau bersedih setiap hari?" Hatim Al Ashom menceritakan kesedihannya itu kepada putrinya. Kata putri sulungnya, "Ayah, berangkatlah. Tenang. Ada Allah yang akan mengurusi kami. Tidak perlu khawatir dengan nasib kami." Dia pun membujuk ibunya, "Ya Umma, tolong bujuk ayah untuk berangkat haji dan tidak perlu khawatir dengan Nasib kita. Ada Allah."
Akhirnya istri dan anaknya berhasil membujuk Hatim. Ia pergi haji tanpa membawa bekal kecuali untuk 1 hari saja. Dan dia meninggalkan bekal atau nafkah untuk keluarga yang hanya cukup untuk 3 hari saja.
Di tengah jalan, ketua rombonganya sakit keras. Sampai dokter pun tidak bisa menyembuhkan. Setelah berhari-hari Hatim mencoba mengobatinya dengan air yang dibacakan bismillah (istilahnya bertawasul, dalam riwayat Nabi pernah melakukannya, air itu menjadi obat, Allah yang menyembuhkan) Hatim berdoa, "Ya Allah sembuhkanlah orang ini, karena dia niatnya beribadah kepada-Mu, dia adalah tamu-Mu." Lalu air itu diminumkan kepad ketua rombongannya. Kemudian beliau sembuh. Dan ketua rombongan itu menjadi senang kepada Hatim hingga ia memberikan bekal kepada Hatim, sehingga Hatim memiliki bekal yang cukup selama berangkat haji hingga pulang ke rumah. Waktu itu Hatim menangis, "Ya Allah, Engkau sebaik-baik penjaga dalam perjalanan. Dan Engkau telah membuktikan ini. Dan saya meminta tunjukan juga buktinya bahwa Engkau adalah sebaik-baik penjaga untuk keluarga yang aku tinggalkan."
Hari pertama sampai ke 3, keluarganya masih bisa makan. Hari ke 4, hanya minum air. Hari ke 5, anak-anaknya mulai menangis. Istri Hatim sedih melihat anak-anaknya yang masih kecil itu menangis kelaparan, hingga ia memarahi putri sulungnya, "Ini gara-gara kamu yang membiarkan ayah pergi haji, dan meninggalkan nafkah hanya untuk 3 hari. Sehingga lihat kondisi kita sekarang tidak punya makanan. Adik-adikmu menangis. Ini semua gara-gara kamu!"
Dalam keadaan seperti itu, putri sulungnya malah tersenyum dan membuat ibunya heran. 
"Kenapa kamu malah tersenyum?"
"Wahai ibu, apakah ayah itu seorang Ar Razaq, seorang pemberi rizki atau pemakan rizki?"
"Ayahmu itu adalah pemakan rizki. Bukan pemberi rizki. Allah pemberi rizki."
"Ya umma, kalau begitu sang pemakan rizki telah meninggalkan kita, sementara Sang Pemberi Rizki tetap bersama kita. Kenapa ibu khawatir? Ya umma, bersabarlah, dan mintalah pertolongan Allah subhanahu wa ta'ala."
Tidak lama kemudian ada yang mengetuk pintu rumah mereka. Ketika dibuka, berdiri seorang pengawal raja Al Hakim yang sedang dalam perjalanan bersama Raja dan rombongan untuk berburu dan kehabisan air minum. "Bolehkah kami meminta air dari keluarga ini?" Tanya pengawal itu.
Dibukalah pintu, lalu disiapkan air dan diberikan kepada Raja yang sedang menunggu di tendanya oleh pengawal tadi. Ketika Raja minum air daru sumurnya Hatim Al Ashom, Raja kaget. Air itu seperti air gula. Segar dan manis. Dan air manis itu baik untuk orang yang dehidrasi. "Belum pernah saya minum air sumur yang segar dan manis seperti ini," ucap sang Raja. "Darimana kamu mendapatkannya?"
Disebutkanlah oleh pengawal itu, air itu berasal dari rumah seorang laki-laki ahli ibadah, namanya Hatim Al Ashom. 
Raja meminta untuk diantar ke rumah Hatim dan berkenalan dengan keluarganya. 
Mendengar kisah Istri Hatim yang ditinggal suaminya pergi haji tanpa bekal yang cukup, Raja terharu dan kagum pada keshalehan putri sulung mereka dan memberikan puluhan koin dinar pada keluarga mereka. "Ini hadiah untuk keluarga kalian untuk air yang tadi kami minum dan untuk keshalehan keluarga kalian."
Ini Allah yang mendatangkan. Siapa yang kaya, siapa yang miskin. Ternyata yang kaya yang datang kepada yang miskin untuk meminta air. Allah yang mengurus. Allah punya rencana.
Akhirnya keluarga Hatim bisa memberi berbagai makanan lagi. Semuanya bahagia. Namun putri sulungnya menangis. "Ya bunayyati, kenapa kamu menangis? Mengherankan sekali keadaanmu. Kami tadi menangis, kamu tersenyum. Sekarang kami tertawa kamu menangis," ucap Istri Hatim.
"Ya umma, Raja itu seorang hamba yang tidak bisa memberi manfaat untuk dirinya, tidak pula bisa menolak mudhorot atas dirinya. Tapi orang yang lemah seperti raja itu ketika melihat kita seperti ini memberikan apa yang dia punya, lalu bagaimana dengan Zat  Yang Maha Kaya, Yang Maha Rahim, mungkinkah Dia akan menyia-nyiakan amal dan keyakinan kita sehingga menelantarkan kita, ya umma?"
Akhirnya ibunya menangis dan beristigfar.
Inilah kisah nyata Hatim Al Ashom dan keluarganya.

Allah tidak akan menyia-nyiakan amal dan keyakinan kita. Masalahnya, kita yang gak yakin-yakin amat sama Allah subhanahu wa ta'ala. Allah setiap hari mau mengurus hamba-Nya, ga pernah meminta apa pun, kecuali yakin saja kepada Allah. Masalahnya ga semua orang mau diurus oleh Allah. Dia memilih untuk mengurus dirinya sendiri, dengan percaya diri dia merasa bisa melakukannya sendiri. Tapi, dia tidak akan pernah bisa. Bahkan untuk menghilangkan 1 saja jerawat di wajah kita, kita gak bisa. 

Jangan seperti Fir'aun yang sudah tenggelam, air laut sudah memenuhi dadanya, baru menyerahkan dirinya kepada Allah. Percaya kepada Allah. Namun pintu rahmat Allah sudah tertutup.

Allah SWT berfirman:
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُۥ مَخْرَجًا
"... Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya,"
(QS. At-Talaq 65: Ayat 2)

Kita menabung keta'atan kita untuk investasi, untuk pertolongan Allah, entah itu di dunia atau di akhirat. Dan kita jauh lebih membutuhkan pertolongan Allah di akhirat.

Siapa yang bertawakal kepada Allah, cukuplah Allah baginya. Kenapa kita selalu merasa kurang? Karena kita tidak utuh bertawakal kepada Allah, sehingga Allah seolah tidak cukup untuk kita.
Nabi shalallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Kalau kalian bertawakal kepada Allah dengan tawakal yang sebenar-benarnya, benar-benar yakin kepada Allah, Allah akan memberikan rizki kepada kita seperti Allah memberikan rizki kepada burung."

***

13/02/19

Hidup Adalah Pilihan

Diposting oleh CoratCoretIgar di 8:55 PM 0 komentar




- Ust. Fatih Karim -
Masjid Al Ukhuwah, 11 Februari 2019

Sumber masalah: tidak memahami takdir, Qadha dan Qadar dari Allah.
Apa itu takdir?
Apa itu pilihan?


Tyson jadi petinju kelas dunia itu takdir atau pilihan hidupnya?


Michael Jackson, menjadi penyanyi kelas dunia, superstar, terkenal, uang banyak, takdir atau pilihan hidup?

Takdir
Apakah semua itu sudah takdir kita?
Apakah ini sudah menjadi garis tangan kita?
Apakah semua ini adalah nasib kita?

Masalah Qadho dan Qadar tidak pernah muncul di jaman sahabat. Masalah ini muncul sekitar abad IV hijriah.
Masalah mulai muncul ketika banyak ulama yang menerjemahkan buku-buku filsafat Yunani ke dalam bahasa arab. Ulama tertantang untuk menyelesaikan masalah yang ada dalam kajian filsafat Yunani tersebut yang menjadi masalah besar karena menyatakan bahwa segala yang terjadi di muka bumi itu atas kehendak manusia tanpa ada campur tangan Tuhan. Hingga terjadi perdebatan sengit di antara ulama-ulama Islam sampai saat ini.

Apakah seseorang memang sudah nasibnya miskin sementara yang lain dinasibkan kaya?
Apakah seseorang telah ditakdirkan menjadi karyawan, sementara yang lain takdirnya jadi direktur?
Apakah seseorang telah digariskan menjadi ustadz, sementara yang lain digariskan sebagai koruptor?

Di kalangan umat Islam terjadi perdebatan hingga memunculkan 2 kelompok ekstrim:
  1. Golongan Mu'tazilah dan Qadariyah yang memahami bahwa manusia itu memiliki kekuasaan berkehendak, tidak ada campur tangan Allah. Seseorang beramal soleh dan mendapat pahala itu karena kebaikannya, bukan karena Allah.
  2. Golongan Jabariyah yang memahami bahwa manusia itu tidak memiliki kebebasan, semua yang terjadi adalah atas kehendak Allah. Segala sesuatu yang terjadi padanya adalah kehendak Allah. Dia baik atau jahat itu perbuatan Allah. Pertanyaannya, kalau ini perbuatan Allah, kenapa mereka yang bermaksiat diazab?

Jadi, kelompok mana yang benar?

Takdir jangan dikaitkan dengan:
  1. Ilmu Allah : Allah mengetahui semua yang akan dikerjakan manusia.
  2. Kehendak Allah : Semua perbuatan manusia terjadi karena kehendak Allah.
  3. Lauhul Mahfudz : Semua perbuatan manusia telah tertulis.
Masalahnya adalah:
Apakah manusia dipaksa ketika melakukan sesuatu, memilih sesuatu dan menjadi sesuatu ataukah ia diberi kebebasan untuk memilihnya?

Bagaimana yang benar?


Manusia bisa memilih. Apakah dia sesuai syariat, atau tidak sesuai syariat. Jika sesuai dia akan mendapatkan pahala, jika tidak sesuai dia akan mendapatkan dosa. Contoh kasus: Dua orang saling jatuh cinta, menikah, sesuai syariat, dapat pahala. Dua orang saling jatuh cinta, pacaran, berdosa. Ini salah satu contoh pilihan hidup manusia yang dihisab oleh Allah.

Lalu, ada saat dimana manusia tidak bisa menguasai, tapi Allah yang menetapkan. Dan manusia tidak dihisab karena hal ini.

Seorang anak di korea lahir dengan tangan dan kaki seperti capit kepiting. Ibunya tidak mau mengakui bayi yang dilahirkannya itu dan meminta suaminya untuk membuangnya. Namun suaminya berkata, "Ini anugerah dari Tuhan untuk kita." Hingga ketika anak itu tumbuh remaja, ia tumbuh menjadi seorang musisi, pianis, yang bayarannya sekali main Rp. 450.000.000,-. Baru setelah itu, ibunya bersyukur.
Kita tidak pernah tahu ada apa dibalik takdir Allah. Karena manusia tidak bisa memilihnya, inilah Qadha. Dan manusia tidak berdosa karenanya.

Shalat atau tidak shalat, itu pilihan, bukan takdir. Maka Allah akan menghisabnya.

Kapan meninggal? Dimana? Jam berapa? Tidak ada yang tahu. Siapa yang tahu pesawat Lion Air akan jatuh? Kalau mereka tahu, mereka tidak akan mau naik pesawat itu. Lalu bencana alam, gempa, tsunami, dll, manusia tidak bisa mengendalikan.
Inilah namanya diluar kuasa manusia. Takdir.
Menjadi orang yg bertakwa atau tidak, itu pilihan.


Di dalam kendali:
1. Petunjuk: Al Qur'an dan Rasul.
2. Modal: akal dan waktu.

Q.S Az Zalzalah 7-8
Kitalah yang memilih, mau jadi baik atau buruk.
Allah SWT berfirman:
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُۥ
"Maka barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya."
وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُۥ
"Dan barang siapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya."

QS. Al Mudatsir 38
Allah SWT berfirman:
كُلُّ نَفْسٍۢ بِمَا كَسَبَتْ رَهِينَةٌ
"Setiap orang bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya,"
(QS. Al-Muddassir 74: Ayat 38)

QS. Al Balad 10
Allah SWT berfirman:
وَهَدَيْنٰهُ النَّجْدَيْنِ
"Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan (kebajikan dan kejahatan)."

Mau pake hijab atau nggak, mau pake harta haram atau halal, itu pilihan. Dan setiap pilihan ada konsekuensinya.

Hidup penuh pilihan.


Jalan menuju surga bukanlah jalan yang mudah, tapi jalan yang panjang, terjal dan berliku.
Hidup itu perjuangan.
Hidup itu ga datar-datar aja.
Kalau terus-terusan mendengar kata manusia, semua urusan tidak akan pernah selesai. Ga usah dengerin orang. Cape dengerin orang.

Penutup, seharusnya manusia lebih waspada terhadap perbuatan-perbuatan yang berasal dari kehendak bebasnya.

***

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

 

CoratCoretIgar Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei | web hosting